Gambar Sampul Bahasa Indonesia · j_Bab 10 Publikasi Ilmiah
Bahasa Indonesia · j_Bab 10 Publikasi Ilmiah
Indrawati KTSP

23/08/2021 08:57:18

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman
Pada pembelajaran ini Anda akan belajar menulis resensi. Apakah resensi itu? Pernahkah Anda membaca atau membuat resensi? Resensi apa yang pernah Anda baca atau tulis? Nah, untuk lebih jelasnya pelajarilah paparan berikut ini.Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya (buku, puisi, pementasan drama, dan lain-lain). Tujuan resensi adalah menyampaikan pendapat/penilaian kepada para pembaca apakah sebuah hasil karya patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Pada pelajaran ini Anda akan belajar membuat resensi drama. Dengan demikian, tujuan resensi drama adalah menyampaikan pendapat/penilaian kepada para penonton apakah sebuah hasil karya patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. 10BABPUBLIKASI ILMIAHA. Menulis Resensi DramaTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan membuat resensi tentang drama yang ditonton. Setelah mempelajari ini, Anda diharapkan dapat mendeskripsikan idenitas novel, membuat sinopsis/ringkasan isi novel, dan mengemukakan kelebihan dan kekurangan novel.blontankpoer.blogsome.com
162Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaLatihan 1Pada pembelajaran ini Anda akan diajak mengevaluasi pementasan drama dalam kegiatan diskusi. Pada pembelajaran sebelumnya (bagian A tema ini). Anda sudah menonton dan membuat resensi drama. Bukankah, resensi tersebut memuat penilaian atau evaluasi terhadap pementasan drama? Dengan demikian, resensi yang Anda buat itu akan menjadi bahan untuk diskusi pada pelajaran ini.Pada pelajaran sebelumnya Anda sudah menentukan satu resensi (di antara resensi yang ditulis semua anggota kelompok) yang akan disampaikan pada forum diskusi kelas, pada pelajaran kali ini, bukan? Langkah selanjutnya ikutilah kegiatan pada latihan berikut ini!Latihan 2Komponen yang dapat dibahas dalam menyusun resensi drama, tentu saja komponen kesastraan atau unsur-unsur pembangun drama, yaitu tema, latar, tokoh dan penokohan, dialog, dll. Mengenai hal ini sudah dipaparkan pada pelajaran sebelumnya. Apakah Anda masih ingat? Namun, jika perlu baca kembali bagian tersebut.1. Tontonlah sebuah pementasan drama bersama teman/guru Anda! Namun, jika tidak memungkinkan rencanakanlah sebuah pementasan drama seperti yang Anda lakukan pada Pelajaran 5 buku ini!2. Buatlah resensi drama yang Anda tonton tersebut! 3. Buatlah kelompok yang terdiri dari 3-4 orang!4. Setiap anggota kelompok menyampaikan resensinya dalam kelompok kecil tersebut! 5. Berdiskusilah untuk menentukan satu resensi (di antara resensi yang ditulis semua anggota kelompok) yang akan disampaikan pada forum diskusi kelas, pada pelajaran selanjutnya! B. Mengevaluasi Pementasan DramaTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan mengevaluasi teks drama atau pementasan drama dalam kegiatan diskusi.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan mampu mengidentifikasi karakter tokoh dalam pementasan drama dan mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama.Lakukanlah diskusi kelas dengan pemateri/narasumber setiap kelompok secara bergiliran. Materi yang disampaikan, tentu saja, resensi yang sudah dipilih setiap kelompok itu!
163Bab 10 Publikasi IlmiahPada pelajaran sebelumnya Anda sudah dapat dapat membandingkan hikayat dengan cerpen. Nah, pada pelajaran ini Anda akan diajak untuk membandingkan penggalan hikayat dengan penggalan novel. Langkah kegiatannya tidak jauh berbeda dengan ketika Anda mengikuti pelajaran membandingkan hikayat dengan cerpen. Dengan demikian, tentu, Anda akan sangat mudah mengikuti pelajaran kali ini.Di bawah ini disajikan sebuah cerita yang disampaikan seorang ibu kepada anaknya lalu si anak menceritakannya kembali kepada teman-temannya. Bacalah cerita berikut dengan cermat!C. Membandingkan Penggalan Hikayat dengan Penggalan NovelTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan membandingkan penggalan hikayat dengan penggalan novel.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat menentukan tokoh, latar, tema, motif dalam hikayat, mengidentifikasikan dan menghubungkan nilai yang terdapat dalam hikayat.KemayoranNh. DiniSatuHari itu aku dinas pagi, artinya mulai bertugas pukul 06.00. Aku masih ikut pamanku di Jalan Jawa nomor 73, di daerah Menteng. Di sana aku berbagi kamar besar yang memanjang dengan Pak Muh, adik ibuku yang lebih muda dari pamanku Iman sudjahri, dan kakakku Teguh. Ruangan yang menyerupai sebuah bangsal itu dibagi dua. Empat lemari tinggi dan tebal digunakan sebagai penyekat antara bagian depan tempat Pak Muh dan Teguh, dan bagian belakang untukku. Dalam beberapa hal aku lebih beruntung dari mereka, karena aku mendapat sebuah ranjang kero; dan lebih-lebih wastafel juga berada di pihakku beserta pintu yang menuju ke halaman belakang. Sehingga di waktu aku dinas malam atau pagi, aku bisa cuci muka tanpa keluar dari kamar.Penggunaan lemari adil, karena yang dua menghadap ke depan, dua lainnya ke belakang. Yang menghadap ke tempatku hanya satu yang kosong, namun itu sudah amat mencukupi bagiku. Lemari satunya berisi pakaian dan aksesori milik bibi kami yang tinggal di Palembang*. Paman Iman Sudjahri mempunyai dua kunci lemari. Maka dia memberikan salah satunya kepadaku. Sekali-sekali, kain batik, kebaya, selendang, tas dan selop harus diangin-anginkan keluar di serambi dan halaman belakang. Di saat itulah aku selalu mengagumi benda-benda indah kepunyaan bibiku. Kain-kain batiknya semua tulis tangan, bercorak klasik serta diwiru dan dilipat rapi. Bahan kebaya terbuat dari voal lembut, sutera halus atau brokat. Semuanya berwarna-warni indah. Tas dan selop pun merupakan barang-barang pilihan. Bibiku sungguh mempunyai cita rasa yang tinggiDi waktu membenahi kembali kekayaan tersebut, aku harus mengganti atau menambahkan akar wangi dan ratus ke dalam lemari supaya semuanya berbau sedap harum.Walaupun aku krasan dan merasa nyaman tinggal bersama keluarga Paman, aku tetap mencatatkan diri antre untuk mendapatkan tempat di beberapa pondokan. Sebabnya ialah aku ingin mandiri dan bebas sesuai keinginanku. Apalagi jika dapat mondok bersama beberapa rekan sekerja. Hal itu bisa memudahkan penjemputan, saling mengingatkan waktu dinas atau saling bertukar jadwal. Aku tidak suka terus-menerus berlindung di bawah sayap adik ibuku itu. Lain halnya dengan Teguh, karena dia masih sekolah. Sedangkan aku sudah menerima gaji.Pegawai stasiun udara harus selalu siap dijemput satu setengah jam sebelum waktu bertugas. Untuk dinas pukul 06.00 aku harus siap dijemput pukul 04.30. Tergantung pada hari dan bulannya, jam itu merupakan saat yang nyaris pas aku selesai gosok gigi dan cuci muka. Setiap bulan aku berpuasa lebih dari lima belas hari: setiap Senin dan Kamis ditambah hari atau tanggal weton atau kelahiran orang-orang tertentu yang kusayangi. Itu belum terhitung wetonku sendiri,
164Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program Bahasayaitu Minggu Kliwon. Jika aku tidak mengetahui hari pasaranm kelahiran saudara atau teman yang kusayangi, biasanya kuambil taggalnya saja. Di masa itu ada beberapa teman dan saudara yang selalu aku puasakan. Kusebut beberapa saja di sini, misalnya ibuku, pamanku Iman Sudjahri dan pamanku Sarosa*, uwakku yang tinggal di Magelang suami-istri. Mereka ini adalah orang tua sepupuku Yu Mur. Dan sepupuku inmi juga termasuk dalam daftarku. Demikian pula dua bekas teman di SMA, Niniek dan Nuning. Kebiasaan berpuasa ini terbawa terus hingga sekarang, dengan lingkungan dan orang-orang yang berbeda.Selama aku bekerja pada GIA, belum pernah aku dijemput dalam keadaan belum siap. Namun sering kali aku berangkat dengan sepatu berhak pendek. Sedangkan sepatu bertumit tinggi kubawa di tas terpisah.Di waktu itu, untuk penjemputan dan pengantaran karyawan-karyawati, GIA mengoperasikan pick-up-pinck-up yang sudah tua dan lusuh. Combi Volkswagen hanya diperuntukkan awak pesawat serta karyawan yang bersangkutan erat dengan pesawat. Dari perbedaan perlakuan itu kami pegawai stasiun udara melihat betapa direksi meremehkan kami. Meskipun diam, kami menyekap rasa iri yang hampir menjadi dendam kepada orang-orang yang berkedudukan di Kantor Pusat, para pengambil keputusan itu.Di saat menunggu jemputan, ketika aku masih tinggal bersama keluarga Paman, aku keluar dari pintu samping. Setelah menguncinya kembali, aku duduk di serambi depan, di tempat yang agak terlindung dari jalan. Ketika pick-up datang, sopir menekan gas dua atau tiga kali. Biasanya aku sudah melihat jika kendaraan mendekat, sehingga pengemudi tidak perlu membuat kegaduhan dengan mesin mobilnya.Untuk naik ke bagian belakang kendaraan dengan rok ketat tidaklah mudah. Apalagi jika ditambah kelengkapan seragam yang berupa sepatu bertumit tinggi. Tempat duduk di samping sopir biasanya sudah terisi pegawai lain yang dijemput lebih dulu. Di sana bisa memuat dua pegawai dan sopir. Seringkali karyawan yang sudah nyaman duduk di sana diam saja, tidak turun untuk memberikan tempatnya kepada kami para ground hostess. Sesungguhnya jika mereka bersikap murah hati, kami pun tentu amat menghargai mereka. Setidak-tidaknya kami merasa senang karena mereka menaruh simpati dan turut prihatin, menghindarkan kami dari panjat-memanjat di belakang pick-up. Pernah beberapa teman memberanikan diri, dengan sopan meminta pria-pria itu pindah duduk di belakang. Tapi orang-orang itu menjawab seenaknya, bahwa karena mereka dijemput lebih dulu, maka tempat duduk di depan itu hak mereka. Jarang ada pegawai lelaki yang bersifat dermawan, sukarela mengalah lalu turun memberikan tempatnya di samping pengemudi kepada kami.Su sendiri tidak pernah meminta. Sakit hatiku tidak akan terobati jika ditolak. Karena Jalan Jawa terletak di tengah kota, aku sudah tahu, pasti dijemput setelah kendaraan pergi ke Kebayoran atau pinggiran searahnya.Pada mulanya aku memang merasa terhina dan merana karena harus bersusah-payah memanjat bagian belakang pick-up yang tinggi itu. Rasa terhina itu lebih-lebih disebabkan rok ketat dan sepatu bertumit tinggi yang mencerminkan kefeminiman seratus persen, dan yang amat kontras bertolak belakang dengan tingkah petakilan panjat-memanjat. Semua itu jauh dari keanggunan maupun kesportifan. Tetapi manusia adalah makhluk yang terkenal paling pandai menyesuaikan diri. Setelah beberapa kali harus berbuat yang sama, kami para ground bostess Stasiun Udara Kemayoran yang berbaju ketat dan bersepatu tinggi segera beradaptasi dengan kendaraan antar-jemput perusahaan penerbangan nasional satu-satunya di masa itu dan yang sangat dibanggakan oleh bangsa dan negara. Teknik yang pasti ialah rok harus ditarik agak naik hingga tersingkap. Lalu satu kaki diangkat melangkah ke atas bumper kendaraan belakang sebelah kiri, sementara tangan berpegang pada salah satu tiang penyangga terpal. Kemudian, dengan gerakan gesit badan diangkat. Secepat itu pula kaki lainnya menapak di lantai kendaraan yang sebetulnya adalah tutup pick-up tapi terbuka digantungkan pada rantainya. Dalam hal menyingkap bawah rok, aku tidak pernah merasa ragu ataupun malu, karena panjang celana dalamku nyaris mendekati lututku.
165Bab 10 Publikasi IlmiahAku sudah biasa mengenakannya, dimulai ketika aku harus bersekolah mengendarai sepeda almarhum ayahku*.Pagi itu kulihat Atul turun dari depan, pindah duduk bersamaku di belakang.“Selamat pagi,” kataku kepada semua yang telah ada di bangku belakang pick-up. Aku selalu memberikan salam meskipun kerap kali tidak menerima jawaban. Sambil mencari tempat duduk, aku berbicara kepada temanku Atul, “Sebetulnya kau tetap duduk di depan saja. Aku tidak apa-apa sendirian perempuan di belakang.”Kugelar lembaran surat kabar yang kubawa, lalu duduk di atasnya. Selalu kuragukan kebersihan bangku-bangku kendaraan perusahaan itu.Temanku menyahut, ”Aku tak apa-apa pindah. Biar lelaki yang duduk di depan mengetahui bahwa kita solider sesama teman wanita. Kalau dia sopan, kan seharusnya dia turun memberikan tempatnya kepadamu.”“Tapi dia tidak sopan dan tidak peduli,” ganti aku menyahutinya dengan suara biasa tanpa kurendahkan sehingga orang-orang lain bisa mendengar. Kami berdua terkikih bersama-sama, disambut satu atau dua komentar yang diucapkan pegawai pria kenalan kami. Mereka dari Bagian Muatan dan Mesin di Kemayoran.Atul berkata lagi, “Malahan enak duduk di sini. Segar.” Dia berhenti sebentar, lalu menyambung, “Sopirnya bau!”“Tentu dia dinas semalaman. Tidak mandi tidak ganti baju,” orang dari Muatan memberikan pendapatnya.“Tidak mandi kalau bau badan biasa-biasa saja tidak akan seperti itu!” Atul menambahkan.Aku berbisik khawatir, “Sudah! Jangan diterus-teruskan! Kalau ada yang menyampaikan kata-katamu, dia bakal sentimen kepadamu! Jangan-jangan lain kali kamu tidak dijemput.”Atul menurut, tidak berbicara lagi. Konon memang sudah terjadi sopir menyatroni karyawan-karyawati. Harus berbaik-baik dengan pengemudi. Karena jika kita menyinggung perasaan mereka, mereka bisa pura-pura sudah menjemput padahal kita ditinggal begitu saja. Mereka tidak kekuarangan akal untuk membalas dendam. Sebaliknya, jika berbaik-baik dan tahu mengambil hati para sopir, konon bisa kencan diambil lebih awal lalu diajari menyetir kendaraan di jalan-jalan yang sepi.Dua atau tiga kalimat masih terdengar, namun temanku tidak menanggapi lagi. Secara umum, mengenai pandangan hidup atau pekerjaan, Atul dan aku mempunyai persamaan pendapat. Sejak ujian masuk, diteruskan dengan masa pendidikan ground hosstess, aku sering satu regu dengan Ambarwati , Hendar, Ana, dan Atul. Yang pertama kupanggil Yu Wati, tinggal bersama keluarga pamannya di Jalan Madura, tidak sampai seratus meter jaraknya dari rumah pamanku. Ketika kami negikuti pendidikan, setiap hari kami bersama-sama berangkat dan pulang. Sepeda merupakanb kendaraan kami yang pasti. Di waktu hujan, kami patungan naik beca. Karena mengenalku di lingkungan keluarga juga, maka dia memanggilku Dik Puk*. Aku dan Atul dulu pernah satu sekolah di Semarang ketika kami masih kecil. Orang tuanya pindah ke Bandung dan dia besar di kota itu. Oleh karenanya, dia berbahasa Sunda dengan baik sekali. Atul juga memanggilku Puk untuk menandakan bahwa rasa kedekatannya denganku tidak pernah hilang.“Siapa lagi yang dinas pagi?” tanyaku.“Hendar,” Atul menjawab. “Di daftar jemputan tadi kubaca di bawah namamu ada nama orang bagian mesin beralamat Rawamangun. Barangkali Hendar akan dijemput sesudah itu.”“Kecuali jika dia dijemput dengan kendaraan jurusan Jatinegara,” aku menanggapi kawanku. Lalu kuteruskan, “Yu Wati?”***
166Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaLatihan 3Latihan 4Karya ilmiah dapat diartikan sebagai suatu hasil karya yang dipandang memiliki kadar ilmiah tertentu dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Karya ilmiah dapat dikomunikasikan secara tertulis dalam bentuk tulisan ilmiah. Dapat juga disampaikan secara lisan dalam bentuk pidato atau orasi ilmiah, atau melalui suatu bentuk demonstrasi. Dalam bahasan ini, pengertian karya ilmiah lebih banyak ditekankan pada karya ilmiah tertulis dalam bentuk tulisan ilmiah. Dengan demikian, tulisan ilmiah adalah semua bentuk karangan/tulisan yang memiliki kadar ilmiah tertentu sesuai dengan bidang keilmuannya (seperti sains, teknologi, ekonomi, pendidikan, bahasa dan sastra, kesehatan, dan lain-lain).Berbeda dengan karya sastra atau karya seni, karya ilmiah mempunyai bentuk serta sifat yang formal karena isinya harus mengikuti persyaratan-persyaratan tertentu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Tujuan penulisan karya ilmiah Telaah/analisislah komponen kesastraan (pelaku dan perwatakan, plot dan konflik, latar, tema, dan pesan/amanat) penggalan novel Kemayoran di atas! Tulis dalam format seperti berikut ini.Analisis Komponen Kesastraan Novel Kemayoran Karya NH. DiniKomponen yang DitelaahHasil Telaah/AnalisisPelaku dan PerwatakanPlot dan KonflikLatarTemaPesan/Amanat1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 3 – 4 orang!2. Kutiplah beberapa paragraf dari sebuah hikayat (selain hikayat Si Miskin)!3. Bandingkanlah bagaimana struktur kebahasaan novel Kemayoran dengan hikayat yang yang kelompok Anda baca dengan hikayat Si Miskindi atas!4. Telaah/analisislah komponen kesastraan (pelaku dan perwatakan, plot dan konflik, latar, tema, dan pesan/amanat) penggalan hikayat tersebut! Tulis dalam format seperti berikut iniAnalisis Komponen KesastraanHikayat “...............................................”Komponen yang DitelaahHasil Telaah/AnalisisPelaku dan PerwatakanPlot dan KonflikLatarTemaPesan/Amanat5. Bagaimana kesan Anda setelah membaca penggalan novel Kemayoran dan hikayat tersebut!6. Sampaikan hasil kerja kelompok Anda kepada kelompok lainnya!D. Menyusun Karya IlmiahTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan menyusun karya ilmiah berdasarkan kajian buku atau hasil penelitian sederhana.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat mendaftar hal-hal yang perlu ditulis, menentukan gagasan, menyusun kerangka karya ilmiah, mengungkapkan fakta, data dan menyunting karya ilmiah.
167Bab 10 Publikasi Ilmiahadalah menyampaikan seperangkat keterangan, informasi, dan pikiran secara tegas, ringkas, dan jelas (ABC= accurate, brief, dan clear). Walaupun demikian, melalui kreativitas dan daya ungkap penulisnya, karya ilmiah harus disusun sedemikian rupa sehingga menarik perhatian pembaca tanpa melupakan nilai-nilai ilmiahnya.Karya ilmiah pada dasarnya dikemukakan berdasarkan pemikiran, kesimpulan, serta pendapat/pendirian penulis yang dirumuskan setelah mengumpulkan dan mengolah berbagai informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, baik teoretik maupun empirik. Kaya ilmiah juga bertolak dari kebenaran ilmiah dalam bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan yang disajikan. Titik tolak ini merupakan kerangka berpikir dalam mengumpulkan informasi secara empirik.Karya ilmiah tertulis dapat berbentuk artikel ilmiah popular (esai, opini, gagasan, atau pendapat) usul penelitian, dan laporan penelitian atau pengamatan. Dalam bentuki khusus yang bersifat akademik, karangan ilmiah dapat berupa makalah, skripsi, tesis, dan disertasi, khususnya dipakai untuk menyelesaikan program studi pada program sarjana, pascasarjana, dan doktor di perguruan tinggi.Langkah-langkah menulis karya ilmiahPenulisan karya ilmiah dapat dilakukan dengan langkah-langkah atau prosedur yang sama, yaitu: (1) merencankan, (2) menulis, (3) merefleksikan, dan (4) merevisi (membaca dan menulis kembali).1. MerencanakanSebagai kegiatan yang bersifat kompleks, menulis memerlukan perencanaan yang memadai. Dalam proses perencanaan tulisan, kegiatan berikut sangat penting diperhatikan oleh setiap penulis.a. Mengumpulkan bahanHampir semua penulis mengumpulkan segala sesuatu yang dia perlukan berupa data, informasi, dan bacaan sebelum menulis. Tahap seperti inilah yang pada hakikatnya sebagai tahap pengumpulan bahan untuk menulis. Sebagaimana orang yang akan mendirikan sebuah bangunan, ia akan menyiapkan bahan-bahan dan alat-alat secukupnya untuk membangun gedung tersebut.b. Menentukan tujuan dan bentuk tulisanDalam penulisan ilmiah, tujuan dan bentuk yang dipilih sering ditentukan oleh situasi. Misalnya, dalam membuat laporan pengamatan/penelitian, format dan tujuan laporan mungkin sudah ditentukan oleh sponsor atau pemberi dana penelitian. Segala upaya lain untuk memperluas tujuan yang telah ditentukan itu pada umumnya cukup bermanfaat. Menyisihkan waktu untuk menentukan bentuk tulisan ilmiah yang tepat, bahkan mempelajari tulisan yang sama ditulis oleh orang lain atau lembaga lain. Cara seperti ini dapat menghemat waktu dan tenaga yang cukup bisa dalam mengerjakan suatu laporan penelitian bahkan sampai mempublikasikannya.
168Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program Bahasac. Menentukan pembacaPembaca yang berbeda akan memerlukan bacaan yang berbeda pula. Oleh karena itu, penulis perlu mengetahui keadaan pembaca sebaik-baiknya. Apakah pembaca yang nantinya akan membaca tulisan itu memiliki pengetahuan cukup banyak atau sedikit tentang bidang yang ditulis, dan apa yang diharapkan/diperlukan pembaca dari informasi tersebut. Singkatnya, penulis perlu mengetahui apa yang diinginkan, diperlukan, atau diharapkan oleh pembaca. 2. MenulisBagi kebanyakan penulis yang sudah profesional, biasanya situasi memaksa mereka untuk menulis sebelum benar-benar siap. Penulis yang belum berpengalaman atau penulis pemula seringkali kurang tepat dalam memperhitungkan waktu yang diperlukan untuk mengembangkan ide menjadi kata-kata yang tersusun dalam rangkaian kalimat. Dalam penulisan ilmiah, karena kompleksnya isi dan terbatasnya waktu, lebih baik menulis dimulai seawal mungkin, lebih-lebih penulis sudah mempersiapkan materi sebagai bahan dasar penulisan, dan paling akhir menyusun draf untuk mencapai hasil akhir.3. MerefleksikanTeknik atau cara yang sering digunakan oleh penulis karangan ilmiah sebelum merangkum karangannya, mereka merefleksikan apa yang sudah mereka tulis. Kesempatan ini memungkinkan penulis menemukan perspektif yang segar tentang kata-kata yang pada mulanya tampak sangat betul tetapi kemudian terasa salah. Penulis perlu bertanya kepada diri sendiri dengan pertanyaan, misalnya, apakah tulisan yang dihasilkan benar-benar akan memenuhi tujuannya? Apakah tulisan tersebut cocok dengan pembacanya? Apakah tulisan tersebut sudah menginformasikan pesan secara cermat? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawb dengan sungguh-sungguh dan penuh pertimbangan sehingga diperoleh jawaban dan perspektif yang lebih baik.4. MerevisiMengerjakan revisi dan membaca kembali tulisan merupakan langkah yang sangat penting untuk menhasilkan tulisan yang baik. Akan tetapi, hal ini seringkali kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan langkah-langkah yang lainnya. Revisi, perbaikan, dan penyempurnaan tulisan yang dikerjakan secara berhati-hati dan saksama dapat menghasilkan tulisan yang jelas, terarah, terfokus, dan sesuai dengan keinginan penulis dan pembaca. Penulis perlu mencoba merasakan masalah yang mungkin muncul, dan menuntut perbaikan dari diri penulisnya sendiri sehingga tulisan yang dihasilkan menjadi lebih baik dan layak baca.Penulis perlu meneliti secara cermat apakah bukti-bukti yang disampaikan benar-benar mendukung pernyataan-pernyataan yang diutarakan? Seberapa banyak waktu yang harus digunakan oleh pembaca untuk memahaminya? Segala sesuatu yang diperkirakan dapat menimbulkan salah paham agar dihindari dan dihilangkan dari suatu tulisan ilmiah.Tulisan ilmiah selalu membawa nama penulisnya. Oleh karena itu, penulis sebaiknya tidak terlalu cepat puas dengan apa yang pernah ditulisnya. Penulis harus berupaya agar pembaca tidak sampai salah memahami atau menafsirkan
169Bab 10 Publikasi Ilmiahtulisannya karena tidak jelas arah, fokus, dan tujuannya. Keefektifan sebuah tulisan akan tampak dari adanya kesamaan pemahaman dan interpretasi pembaca dan penulis.Latihan 51. Jelaskanlah pengertian karya tulis, karya ilmiah, orasi ilmiah, dan demonstrasi dalam bentuk tulisan!2. Apakah perbedaan dan persamaan antara karya ilmiah populer dan karya ilmiah?3. Apakah makna keterampilan menulis sebagai suatu proses (kreatif)?4. Susunlah kerangka tulisan ilmiah berikut (pilihlah salah satu topik yang aktual): a. makalah b. laporan pengamatan c. usul penelitian5. Tulislah isi bagian pendahuluan tulisan yang menyajikan latar belakang masalah serta perlunya masalah tersebut dibahas!6. Tulislah isi bagian pendahuluan tulisan yang menyajikan tujuan penulisan dan manfaat yang diharapkan!7. Carilah contoh tulisan ilmiah dalam bentuk laporan untuk Anda analisis bagian pendahuluannya!8. Bagaimana komentar dan pendapat Anda terhadap contoh tulisan yang menyajikan pendahuluan itu?9. Susunlah karya tulis ilmiah dalam bentuk laporan berdasarkan pengamatan Anda ketika melihat bencana alam atau kegiatan lainnya!10. Suntinglah dengan cermat tulisan ilmiah yang telah Anda susun itu! Perhatikan aspek bahasa, penyajiaan, dan isi tulisan!E. Menganalisis Perkembangan Genre Sastra IndonesiaTujuan PembelajaranPada subbab ini, Anda akan menganalisis perkembangan genre sastra Indonesia.Setelah mempelajari subbab ini, Anda diharapkan dapat mengetahui dan menentukan perkembangan genre sastra Indonesia.Teks sastra adalah teks yang disusun dengan tujuan artistik dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, ada sastra lisan dan ada pula sastra tulis.Teks sastra berdasarkan ragamnya terdiri atas beberapa genre. Klasifikasi genre sastra itu didasarkan atas dasar kategori situasi bahasa. Berdasarkan situasi bahasa itulah sastra diklasifikasikan atas teks puisi, teks naratif atau prosa, dan teks drama. Teks puisi adalah teks sastra yang situasi bahasanya monolog. Artinya, keseluruhan teks dibawakan oleh seorang penutur atau aku lirik. Sementara itu, teks drama adalah teks sastra yang situasi bahasanya dialog. Dialoglah yang mendominasi dan menggerakkan keseluruhan unsur-unsurnya.Teks naratif adalah teks sastra yang situasi bahasanya berlapis. Artinya, ada situasi pergantian ketika antara pencerita dengan tokoh membawakan teks secara bergantian. Teks naratif disebut pula sebagai teks pencangkokan. Yang dimaksud dengan teks pencangkokan itu yaitu ketika pencerita mencangkokkan pikirannya ke dalam pikiran-pikiran tokoh. Hal itu tidak bisa berlaku sebaliknya. Hubungan antara pencerita dengan tokoh adalah hubungan yang hierarkis sifatnya.Teks naratif terdiri atas novel dan cerpen. Perbedaan keduanya terletak pada kompleksitas masing-masing. Cerpen kompleksitasnya lebih sederhana dibandingkan dengan novel. Novel unsur-unsurnya lebih kompleks sifatnya.
170Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program BahasaBerikut ini adalah perkembangan genre sastra Indonesia secara singkat. Pahamilah agar Anda mengetahui karakteristik karya sastra yang dihasilkan setiap angkatan.1. Balai Pustaka (19-20-an)Ciri-ciri 1) bercorak pasif-romantik, 2) sentimental, dan 3) pada umumnya bertema tentang adat.Pelopor 1) Merari Siregar: Azab dan Sengsara (1920) 2) Marah Rusli: Siti Nurbaya (1922)3) Nur Sutan Iskandar: Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)2. Pujangga Baru (1933) Ciri-ciri 1) dinamis, 2) bercorak romantis-idealistis,3) aktif romantis, dan4) sering dikaitkan dengan majalah sastar.Pelopor 1) Sutan Takdir Alisjahbana : Layar Terkembang (1936)2) Amir Hamzah (Raja Pesyair/Penyair) - Nyanyi Sunyi (19370 - Buah Rindu (1941) - Setanggi Timur (1934)3) Armijn Pane : Belenggu (1940)3. Angkatan ’45 Ciri-ciri 1) bersifat realistis, 2) individualistis 3) universal 4) objektif, dan 5) bertema patriotisPelopor1) Chairil Anwar (bidang puisi) : Deru Campur Debu (1943), Tiga Menguak Takdir, Aku (1943)2) Idrus : Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (1948); Aki (1948)3) Usmar Ismail : Puntung Berasap (1950)4. Angkatan ‘66 Ciri-ciri 1) realistis 2) kritik sosial 3) masyarakat sentris 4) sosialisme/kesetiakawanan, dan 5) objektif
171Bab 10 Publikasi IlmiahPelopor 1) Taufik Ismail : “Tirani” dan “Benteng”2) Bur Rasuanto : “Mereka Telah Bangkit”3) Mansur Samin : “Perlawanan”Latihan 61. Buatlah kelompok yang terdiri dari 3-4 orang!2. Analisislah karya sastra (berupa puisi, cerpen, novel, dan drama) yang dihasilkan angkatan 70-an sampai sekarang! Setiap kelompok minimal menganalisis satu atau dua buah karya sastra! Komponen yang dianalisis adalah komponen kesastraan karya tersebut (tema, latar, kebahasaan, dll), serhingga pada akhirnya kelompok Anda dapat menyimpulkan karakteristik karya tersebut, yang akan berguna dalam merumuskan karakteristik angkatan.3. Tulislah laporan hasil analisis kelompok Anda dengan tulisan yang jelas dan rapi di kertas folio!4. Sampaikan hasil penganalisisan kelompok Anda <%